Mengenal konsep 15-minutes City di kota-kota dunia, dan gagasan 10-minutes city IKN

Dalam beberapa tahun terakhir, ada sebuah gagasan revolusioner yang gandrung di antara para ahli tata kota, yakni 15-minutes city, atau Kota 15-menit. Gagasan revolusioner ini diperkenalkan oleh Carlos Moreno. Carlos merupakan seorang perancan dan penata kota yang berbasis di kota Paris, Prancis. Gagasan ini dibawakan dalam video TED Talk berdurasi 8 menit yang menjadi suatu bagian dari acara Countdown, suatu inisiatif global yang memperjuangkan solusi dari krisis iklim.  Saya selalu terkesan dengan ide gagasan baru yang berkelanjutan, dan juga mengusung keadilan. Terlebih lagi Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo berambisi untuk menjadikan Ibu Kota Nusantara sebagai 10-minutes city, yang mana seluruh kebutuhan masyarakat baik bekerja, sekolah, rumah sakit, tempat ibadah, pasar, dan lainnya dapat ditempuh cukup dengan waktu 10 menit saja.

A. Apa yang dimaksud dengan konsep 15-minutes city?

Pada tahun 2016, Professor Carlos Moreno memiliki satu tujuan sederhana yakni segala kebutuhan dasar warga dapat diakses dalam waktu tempuh 15 menit atau kurang. Tentunya hal ini menelurkan berbagai turunan permasalahan meliputi ketersediaan kawasan perumahan yang layak dan terjangkau; ketersediaan lapangan pekerjaan dalam menyerap kompetensi warga sekitar; standardisasi pendidikan; pusat-pusat perbelanjaan; adanya pusat rekreasi; dan transportasi umum yang dapat diandalkan. Gagasan ini tentunya memaksa perubahan drastis dalam tata kota yang sudah berjalan demi memberikan kenyamanan, keberlanjutan, dan efisien.

Dalam teorinya, perkembangan teknologi, jumlah penduduk, dan kebiasaan menusia dalam menjalani keseharian tidak lagi dapat dijawab dengan ilmu tata kota tradisional. Kawasan perumahan yang jauh dari pusat kota dan aktivitas lainnya menyebabkan tumpukan antrian orang dan kendaraan pada pagi dan sore hari. Bahan bakar fosil yang dibakar sia-sia pada tumpukan kendaraan tersebut tidak hanya menghasilkan inefisiensi sebagai dampak negatif, namun juga menghasilkan polusi udara.

Ditinjau dari sudut pandang pengembangan wilayah, tren tata kota tradisional kerap menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tidak merata di mana pusat kota terus-menerus berkembang dibandingkan wilayah penyangganya. Bak lingkaran setan, pusaran ekonomi yang terpusat di jantung kota semakin menarik lebih banyak pendatang untuk berlomba-lomba mencari penghidupan di kota, yang tentunya meningkatkan kemacetan dan polusi udara yang makin-makin.

B. Manfaat konsep Kota 15 Menit

Konsep Kota 15 Menit bukan hanya tentang efisiensi, tetapi juga tentang meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi dampak negatif tata kota tradisional. Beberapa manfaat utama dari konsep ini meliputi:

1. Lingkungan yang Lebih Bersih: Penggunaan transportasi berkelanjutan mengurangi polusi udara dan emisi karbon.

2. Kualitas Hidup yang Lebih Baik: Warga memiliki lebih banyak waktu untuk beraktivitas, berkumpul dengan keluarga, atau mengejar hobi.

3. Kesehatan yang Lebih Baik: Berjalan kaki dan bersepeda menjadi bagian alami dari kehidupan sehari-hari, yang berkontribusi pada gaya hidup yang lebih sehat.

4. Ekonomi yang Berkembang: Dengan pusat bisnis yang tersebar di berbagai wilayah, konsep Kota 15 Menit dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang merata.

C. Tantangan Implementasi Konsep 15-minutes City

Meskipun konsep Kota 15 Menit menawarkan banyak manfaat, implementasinya bukanlah tugas yang mudah. Hal ini memerlukan perencanaan tata kota yang cermat, investasi yang signifikan dalam infrastruktur, dan perubahan sikap dari masyarakat dan pemerintah. Namun, jika berhasil diimplementasikan, konsep ini dapat mengubah cara kita hidup, bekerja, dan berinteraksi dalam kota-kota kita.

1. Perumahan yang Terjangkau

Di dalam konsep 15-minutes city, perumahan terletak strategis di dekat pusat kota atau daerah perkotaan yang padat. Hal ini memungkinkan warga untuk memiliki akses yang mudah ke fasilitas umum, tempat kerja, dan pusat-pusat kegiatan sosial. Selain itu, perumahan yang lebih padat dan beragam jenisnya dapat membantu mengurangi kemacetan lalu lintas yang berkontribusi terhadap polusi.

2. Mobilitas Berkelanjutan

Transportasi adalah salah satu aspek kunci dalam konsep ini. 15-minutes city mendorong penggunaan transportasi berkelanjutan, seperti berjalan kaki, bersepeda, dan penggunaan transportasi publik yang efisien. Tentunya hal ini dapat mengurangi penggunaan kendaraan bermotor pada jalan raya, mengurangi polusi udara, dan membuat kota lebih bersih dan sehat.

3. Fasilitas Publik yang Dekat

Dalam kota yang sesuai dengan konsep 15-minutes city, fasilitas publik seperti sekolah, rumah sakit, supermarket, taman, dan pusat kebugaran harus dapat diakses dengan cepat dan mudah oleh warga. Selain membantu meningkatkan kualitas hidup, hal ini ditujukan untuk mengurangi waktu perjalanan, dan mempromosikan gaya hidup yang aktif.

4. Pekerjaan di Dekat Tempat Tinggal

Salah satu perubahan besar dalam konsep 15-minutes city adalah mengubah cara orang bekerja. Dengan membangun pusat-pusat bisnis dan perkantoran yang terletak dekat dengan pemukiman, warga dapat bekerja lebih dekat dengan rumah mereka. Meskipun terkesan dapat dicapai, namun poin ini justru yang paling sulit dicapai mengingat tidak dapat dipungkiri bahwa penghidupan yang layak mengundang talenta-talenta yang cakap dari berbagai penjuru Indonesia.

D. Implementasi 15 Minutes City di Dunia

Negara tetangga kita, Singapura melalui badan Land Transport Authority meluncurkan sebuah cetak biru yang mencakup 20-minutes town dan 45-minutes city pada tahun 2040. Meskipun tidak terdengar ambisius, harus kita ingat bahwa kota yang dimaksud dalam konteks negara Singapura adalah satu negara. Masih di sekitaran ASEAN, Pemerintah Kota Quezon City mengumumkan rencananya untuk mengimplementasikan 15-minutes city pada kota terbesar di negara Filipina tersebut sebagai upayanya dalam membangun komunitas yang berkelanjutan. Di Asia negeri tirai bambu, tiongkok, merupakan salah satu dari negara-negara awal yang telah memulai implementasi konsep 15-minutes city khususnya di kota Baoding, Guangzhou, dan percontohan tersuksesnya hingga kini di Chengdu yang dapat mengarahkan kepadatan kotanya untuk memenuhi seluruh kebutuhan warganya hanya dengan waktu tempuh kurang dari 15 menit.

Eropa sebagai asal munculnya konsep ini telah memiliki banyak kota percontohan. Khususnya di kota-kota yang baru berkembang pasca perang dunia kedua seperti Rotterdam, Belanda; Caliagri, Italia; dan tentunya Paris, Perancis. Walikota Paris Anne Hidalgo memasukkan konsep 15-minutes city dalam janji kampanyenya pada 2020 lalu. Kini headway Metro Paris (kereta bawah tanah) hanya berselisih tiga menit antara kereta yang satu dan yang berikutnya. Di antara semuanya, kota Utrecht, yakni kota keempat terbesar di Belanda, didapuk sebagai kota yang sudah mencapai 15-minutes city, bahkan 94% bagian kota dapat diakses dengan sepeda kurang dari 10 menit saja.

Sedangkan di negeri Paman Sam, Amerika Serikat, konsep 15-minutes city juga berkembang di kota San Fransisco. Dan Luscher, seorang penata kota jebolan Harvard ini membuat suatu inisiatif 15minutescity.com. Hanya saja di beberapa negara bagian lain konsep 15-minutes city belum terlalu mudah untuk diimplementasikan khususnya di negara bagian yang jarak antar kota-nya masih berjauh-jauhan.

E. Paradigma 10-minutes City untuk IKN

Beberapa bulan silam, Presiden Joko Widodo menyampaikan visi ambisius dalam pembangunan IKN untuk menjadi 10-minutes city. Hal ini adalah hal yang sangat positif sebagai visi pembangunan ibukota baru Indonesia dan tentunya hal ini perlu disambut dengan baik dan penuh kebanggaan. Meskipun demikian banyak pekerjaan rumah yang perlu dilengkapi untuk mencapai hal tersebut meliputi persiapan perumahan yang terjangkau, penyediaan transportasi umum, rantai pasok yang baik, dan fasilitas publik yang mendukung. Mari kita doakan terciptanya 10-minutes City IKN yang dapat kita banggakan di mata internasional.