Setelah solat subuh, pagi ini saya awali dengan menghadiri “diskusi ilmiah” online yang partisipasinya saya dan pacar saya. Well, dikatakan begitu karena teman-teman saya bilang, hal yang saya dan pacar saya bicarakan lebih cocok disebut sebagai “diskusi ilmiah” atau “seminar” bahkan dibandingkan pacaran yang berjam-jam membicarakan perihal “kamu sudah makan belum ?”, “apa kabar ?” dan “beb, kangen nih”. Walaupun ada juga porsi menanyakan hal-hal tersebut, namun lebih banyak kami berdiskusi. Diskusi “liar” ilmiah kami membahas dari kebijakan politik Amerika Serikat, riset human stem cell di Inggris, Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) hingga sejarah wali songo dalam menyebarkan islam (percayalah, Saya baru mengetahui kalau wali songo menggunakan wayang dalam berdakwah tahun lalu).
Mau Jadi apa Indonesia Nanti ?
Diskusi kali ini kami membahas tidak jauh dari negara tercinta, ya Indonesia. Data Kementrian Dalam Negeri (kemendagri) 2010[1] menuliskan bahwa 64,97% dari wilayah Indonesia adalah, ya benar Laut. Fakta ini tidak bisa dipungkiri bahwa Indonesia adalah pemilik wilayah laut terbesar nomor satu di wilayah ASEAN dan nomor tiga belas di dunia [2]. Namun, dengan luas laut yang besar ini Indonesia tidak mampu memenuhi kebutuhan garamnya. Impor garam Indonesia dipasok dari Australia sebesar 83%, India 14 % dan Jerman 3 % dengan total 78.4 Juta USD [3]. Rasanya tidak adil jika hanya membahas apa yang Indonesia impor, Indonesia juga memiliki penghasilan besar dalam ekspor. Indonesia mengekspor coklat sebesar 467 Juta USD [4]. Sayangnya coklat tersebut kembali lagi ke Indonesia dalam bentuk Toblerone, Ferrero Rocher, Cadburry yang nilai jualnya 4-10 kali lipat dari harga tanaman coklat per kg [5]. Lalu mau jadi apa Indonesia nanti ?
Apa yang salah dari Indonesia ?
Saya menyelesaikan strata-1 (S1) di salah satu institut teknologi di Bandung. Tidak satupun saya temui orang bodoh di dalamnya. Salah satu teman baik saya berasal dari kota Makassar bernama Marfin (bukan nama sebenarnya), pemenang olimpiade fisika International, kini dia sedang menempuh doktorat (S3) di Oxford. Hal lucu yang pernah marfin ceritakan adalah, dia tidak diterima di institut teknologi tersebut untuk jurusan fisika karena dia pemenang olimpiade fisika International. Dikarenakan Institut teknologi tersebut hanya menerima pemenang olimpiade fisika Nasional. Namun karena kepintarannya Marfin diterima di institut teknologi tersebut walau di jurusan teknik elektro.
Tidak sedikit anak muda Indonesia yang berlaga di International dan pulang membawa medali. Bagaimana tidak, perkalian sudah diajarkan dari kelas dua SD sedang anak-anak pada negara lain bahkan masih sulit membedakan angka 3 dan 8. Namun mengapa tidak pernah ada peraih Hadiah Nobel dari Indonesia. Hal yang paling dekat antara Indonesia dengan Hadiah Nobel adalah saat putra Papua, Septianus George Saa meraih Emas dalam “First Step to Nobel in Physics” dalam karyanya “Infinite Triangle and Hexagonal Lattice Networks of Identical Resistor” [6]. Jadi apa yang salah dari Indonesia ?
Kemana Indonesia akan Berlabuh ?
manusia yang malang di dunia ini bukan mereka yg tidak memiliki uang, melainkan mereka yang tidak memiliki tujuan dalam hidupnya.
“Parlindungan Marpaung, Setengah Isi Setengah Kosong“
Kemanakah Indonesia akan berlabuh ?. Tertanggal 31 Desember 2015 Masyarakat Ekonomi ASEAN, efektif berjalan di ASEAN. Era keterbukaan tenaga kerja, barang, jasa dan kepemilikan di wilayah ASEAN dibuka untuk warga ASEAN [7]. Masa-masa ini menjadi genting Indonesia untuk bersaing dengan bangsa-bangsa di ASEAN. Pertanyaan “Mau jadi apa Indonesia ?”, “Apa yang salah dari Indonesia ?” dan “Kemanakah Indonesia akan berlabuh ?” harus dijawab sekarang. Ini harus menjadi titik balik Indonesia untuk berkembang. Dan pemerintah tidak bisa sendiri dalam menjawabnya.
Hanya ada satu negara yang pantas menjadi negaraku. Ia tumbuh dengan perbuatan dan perbuatan itu adalah perbuatanku.- Muhammad Hatta -Semoga bisa menjadi bahan renungan.Referensi :
[1] Renstra Kemendagri 2010-2014 http://www.kemendagri.go.id/…/renstra_kemendagfri_2010…
[2] CIA World FactBook (ISSN 1553-8133)
[3] http://atlas.media.mit.edu/…/import/idn/show/2501/2013/
[4] http://atlas.media.mit.edu/…/export/idn/show/1801/2013/
[5] http://www.icco.org/
[6] https://www.researchgate.net/…/241378066_Infinite…
[7] ASEAN Economic Community Blue Print 2025 http://www.asean.org/…/aec…/AEC-Blueprint-2025-FINAL.pdf